Senin, 03 Juni 2013

Langkah Analisa Penilaian Risiko Offshore Pipeline Secara Sederhana




1.1.  Hazard Identification



Pipa bawah laut atau yang biasa disebut offshore pipeline memiliki potensi kerusakan yang bisa jauh lebih besar daripada jalur pipa yang ada di darat, khususnya untuk lingkungan yang berada di bawah laut. Dengan tren yang sedang berkembang belakangan ini mengenai Health, Safety and Environment, menjadikan sebuah alasan mengapa perlunya perhatian lebih bagi jalur pipa yang berada di laut yang secara kasat mata akan sangat susah untuk dipantau keberadaannya. Oleh karena itu, perlunya melakukan tindakan semacam marine survey dan hazard identification pada lingkungan laut secara berkala.
Pengklasifikasian kategori bahaya yang mungkin terjadi pada pipa bawah laut, baik itu disebabkan karena kondisi alami di sekitar lingkungan maupun yang terjadi akibat dari aktivitas manusia, di golongkan menjadi tiga kategori yaitu: (Mouselli, 1981)
1.      Hazard yang terjadi selama periode konstruksi
2.      Hazard yang terjadi setelah jalur pipa terpasang di dasar laut
3.      Hazard yang terjadi baik itu dari proses instalasi maupun dari proses operasi.
Hazard Identification harus dilakukan secara sistematis dan harus dapat mengkover semua kemungkinan terjadinya bahaya yang mungkin terjadi pada offshore pipeline. Ada banyak hal yang menjadi pertimbangan dalam melakukan klasifikasi pengidentifikasian bahaya tersebut. Seperti yang telah dijelaskan diatas, ketiga kategori bahaya yang terjadi pada offshore pipeline menjadi salah satu dasar dalam melakukan Hazard Identification. Standard DNV RP-F107 sendiri telah memberikan beberapa contoh hazard yang mungkin dapat membahayakan jalur pipa bawah laut tersebut. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.1 dibawah ini

Tabel 1.1 Possible external hazards (DNV RP-F107


No
Operation/activity
Hazard
Possible consequence to pipeline
1
Installation of pipeline
Dropped and dragged anchor/anchor chain from pipe lay vessel
Impact damage
Vessel collision during laying leading to dropped object, etc.
Loss of tension, drop of pipe end, etc.
Damage to pipe/umbilical being laid or other pipes/umbilical already installed
Damage during trenching, gravel dumping, installation of protection cover, etc
Impact damage
Damage during crossing construction
2
Installation of risers, modules, etc. (i.e. heavy lifts)
Dropped objects
Impact damage
Dragged anchor chain
Pull-over and abrasion damage
3
Anchor handling (Rig and lay vessel operations)
Dropped anchor, breakage of anchor chain, etc.
Impact damage
Dragged anchor
Hooking (and impact) damage
Dragged anchor chain
Pull-over and abrasion damage
4
Lifting activities (Rig or Platform operations)
Drop of objects into the sea
Impact damage
5
Subsea operations (simultaneous operations)
ROV impact
Impact damage
Maneuvering failure during equipment installation/removal
Impact damage
Pull-over and abrasion damage
6
Trawling activities
Trawl board impact, pull over or hooking
Impact damage and pull-over damage
7
Tanker, supply vessel and commercial ship traffic
Collision (either powered or drifting)
Impact damage
Emergency anchoring
Impact and/or hooking damage
Sunken ship (e.g. after collision with platform or other ships)
Impact damage
 

1.2.  Analisa Frekuensi

Seperti yang telah dijelaskan pada Bab 1, risiko dapat terjadi jika terjadi kombinasi pertemuan antara Probability of Failure dan Consequence of Failure. Hal yang pertama akan kita bahas ini ada Probability of Failure atau dapat dikatakan probabilitas (kemungkinan) terjadinya kegagalan pada offshore pipeline. Karena dalam studi kasus ini batasan permasalah yang diberikan adalah risiko yang terjadi pada offshore pipeline karena adanya aktivitas kapal yang lewat disekitar jalur offshore, maka untuk mendapatkan PoF perlu diketahui terlebih dahulu potensi frekuensi kegagalan yang terjadi pada studi kasus yang akan dilakukan disini.
DNV RP-F107 menyatakan, dalam menentukan frekuensi kejadian dapat dilakukan dengan dua macam cara yaitu:
a.       Melakukan perhitungan jika informasi data yang diperlukan tersedia
b.      Melakukan estimasi berdasarkan engineering judgment serta pengalaman operator yang berada di lapangan
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dalam menentukan frekuensi yang terjadi karena adanya aktivitas kapal yang melewati jalur offshore pipeline, maka perlu diketahui beberapa hal aktivitas kapal yang akan menjadi bahan pertimbangan dari analisa frekuensi yang dilakukan disini. Beberapa aktivitas kapal tersebut diantaranya Anchor Handling, Fishing, Ship Traffic.

1.2.1.      Anchor Handling

Dalam mendefinisikan kegiatan Anchor handling atau labuh jangkar, beberapa data yang diperlukan yang berkaitan dengan kegiatan ini yaitu:
a.       Prosedur dalam pelaksanaan labuh jangkar
b.      Estimasi daerah yang diharapkan dalam menjatuhkan jangkar serta titik terakhir jangkar dijatuhkan
c.       Jenis jangkar yang digunakan (ukuran jangkar, rantai jangkar, dll)
d.      Kedalaman penetrasi jangkar serta jarak drag yag terjadi hingga jangkar berhenti dan mampu beban dari kapal untuk tidak bergerak lagi


1.2.2.      Fishing

Aktivitas yang dilakukan disini lebih diarahkan kepada aktivitas menjaring ikan, sehingga beberapa informasi yang perlu didapatkan diantaranya:
a.       Aktivitas menangkap ikan yang dilakukan disekitar jalur pipa (bottom trawling, pelagic trawling, dll)
b.      Frekuensi aktivitas adanya penangkapan ikan dengan menggunakan jaring ikan berdasarkan kurun waktu yang diharapkan
c.       Macam-macam jaring ikan yang digunakan

1.2.3.      Ship Traffic

Data lalu lintas kapal disini yang dibutuhkan adalah data kejadian kecelakaan kapal yang terjadi di daerah offshore pipeline tersebut. Beberapa data yang dibutuhkan yaitu:
a.       Jumlah lewatnya kapal kargo di daerah offshore pipeline per-tahun
b.      Jumlah supply boat yang menuju platform per-tahun
c.       Jumlah supply boat yang melewati jalur offshore pipeline per-tahun
d.      Jumlah kapal tanker yang menuju platform per-tahun
e.       Kepadatan kapal ikan per-km2 , dll
Data-data kalkulasi yang dihasilkan dari perhitungan diatas akan diberikan rangking berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh DNV RP-F107 seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.2 dibawah ini:

Tabel 1.2 Rank Frequency

Category
Description
Annual frequency


1
So low frequency that event considered negligible
< 10-5


2
Event rarely expected to occur
10-4 > 10-5


3
Event individually not expected to happen, but when summarised over a large number of pipelines have the credibility to happen once a year.
10-3 > 10-4


4
Event individually may be expected to occur during the lifetime of the pipeline. (Typically a 100 year storm)
10-2 > 10-3


5
Event individually may be expected to occur more than once during lifetime
>10-2





1.3.  Analisa Konsekuensi

Setelah melakukan analisa frekuensi untuk mendapatkan besarnya PoF untuk diplotkan pada matrix risiko, hal yang perlu dilakukan selanjutnya adalah menentukan konsekuensi apa saja yang mungkin terjadi untuk mendapatkan besarnya CoF. DNV RP-F107 dan DNV RP F-116 telah mengklasifikasikan potensial konsekuensi yang terjadi pada offshore pipeline yaitu klasifikasi berdasarkan Safety, Economic Loss, dan Environment Impacts.



1.3.1.      Safety

Konsekuensi yang harus diterima jika kegagalan terjadi pada offshore pipeline dengan klasifikasi Safety, akan terbagi menjadi dua macam pembagian yaitu keselamatan asset (Asset Safety) dan keselamatan manusia (Human Safety). Hal tersebut dapat ditunjukkan pada Tabel 1.3 dibawah ini:

 Tabel 1.3 Safety Consequence Ranking

Severity
Asset Safety
Human Safety


E
Multiple fatalities
More than one fatality (gas cloud ignition)




D
Single fatality or permanent disability
(Not used)




C
Major injury, long term absence
Serious injury, one fatality (working accident)





B
Slightly injury, a few lost work days
(Not used)




A
No or superficial injuries
No person are injured







1.3.2.      Environment Impacts

Pengaruh terhadap lingkungan juga menjadi pertimbangan dalam melakukan analisa konsekuensi pada offshore pipeline ini. Konsekuensi yang mempengaruhi lingkungan biasanya ditunjukkan atau diklasifikasikan berdasarkan estimasi waktu yang dibutuhkan untuk memperbaiki daerah yang tercemar jika pipa mengalami kebocoran. Sehingga, pertimbangan penilaian yang diberikan berdasarkan banyaknya fluida yang dikeluarkan dalam waktu satu tahun. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.4 dibawah ini.

Tabel 1.4 Spillage Rankings

Category
Description
Amount of release


A
None, small or significant on the environment. Either due to no release of internal medium or only insignificant release
~ 0


B
Minor release of polluting media. The released media will decompose or be neutralized rapidly by air or seawater
< 1000 tones


C
Moderate release of polluting medium. The released media will use some time to decompose or neutralize by air or seawater, or can easily be removed
< 10000 tones


D
Large release of polluting medium which can be removed, or will after some time decompose or be neutralized by air or seawater
< 100000 tones


E
Large release of high polluting medium which cannot be removed and will use long time to decompose or be neutralized by air or seawater
> 100000 tones


  

1.3.3.      Economic Loss

Konsekuensi yang ditinjau dari segi ekonomi akibat kegagalan pada offshore pipeline, diklasifikasikan menjadi dua hal utama sesuai standard DNV RP-F107 dan DNV RP-F116 yaitu keterlambatan waktu produksi pada pipeline serta kerugian materi dalam juta euro yang dihasilkan jika pipeline terjadi kegagalan. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.5 dibawah ini:

Tabel 1.5 Economic Consequence Ranking

Severity
Cost (million euro)
Production / delay time


E
>10
1-3 years


D
1-10
3-12 months


C
0.1-1
1-3 months



B
0.01-0.1
<1 months


A
<0.01
0 days







1.4.  Risk Assessment

Seperti yang telah dijelaskan pada Bab 1, penilaian risiko ini dapat ditentukan dengan jalan mengkombinasikan Probability of Failure dan Consequence of Failure. Analisa perhitungan untuk frekuensi dan konsekuensi yang telah dijabarkan penjelasannya diatas, akan menjadi dasar sebagai penilaian risiko dari offshore pipeline akibat aktivitas kapal yang melewati jalur pipa tersebut. Kombinasi rangking yang diberikan oleh frekuensi dan konsekuensi tersebut akan memberikan level risiko tersendiri pada jalur pipa.
Level risiko tersebut akan ditampilkan dalam matrik risiko untuk mengetahui tingkat risiko yang terjadi saat ini. Tingkat risiko tersebut yang akan menentukan apakah jalur pipa offshore masih dalam kondisi aman atau perlu dilakukan langkah mitigasi untuk mengurangi tingkat risiko yang ada. Matrik risiko yang diberikan sesuai dengan standard DNV RP-F116 tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.1 dibawah ini.



 Gambar 1.1 Risk Matrix DNV RP-F116


Sedangkan untuk kategori dan deskripsi risiko yang diberikan pada risk matrix, dapat dilihat pada Gambar 1.2 dibawah ini.
 
 Gambar 1.2 Risk Description

Tidak ada komentar:

Posting Komentar