1.1. Hazard Identification
Pipa
bawah laut atau yang biasa disebut offshore
pipeline memiliki potensi kerusakan yang bisa jauh lebih besar daripada
jalur pipa yang ada di darat, khususnya untuk lingkungan yang berada di bawah
laut. Dengan tren yang sedang berkembang belakangan ini mengenai Health, Safety and Environment,
menjadikan sebuah alasan mengapa perlunya perhatian lebih bagi jalur pipa yang
berada di laut yang secara kasat mata akan sangat susah untuk dipantau
keberadaannya. Oleh karena itu, perlunya melakukan tindakan semacam marine survey dan hazard identification pada lingkungan laut secara berkala.
Pengklasifikasian
kategori bahaya yang mungkin terjadi pada pipa bawah laut, baik itu disebabkan
karena kondisi alami di sekitar lingkungan maupun yang terjadi akibat dari
aktivitas manusia, di golongkan menjadi tiga kategori yaitu: (Mouselli, 1981)
1.
Hazard yang terjadi selama periode
konstruksi
2.
Hazard yang terjadi setelah jalur pipa
terpasang di dasar laut
3.
Hazard yang terjadi baik itu dari proses
instalasi maupun dari proses operasi.
Hazard
Identification
harus dilakukan secara sistematis dan harus dapat mengkover semua kemungkinan
terjadinya bahaya yang mungkin terjadi pada offshore
pipeline. Ada banyak hal yang menjadi pertimbangan dalam melakukan
klasifikasi pengidentifikasian bahaya tersebut. Seperti yang telah dijelaskan
diatas, ketiga kategori bahaya yang terjadi pada offshore pipeline menjadi salah satu dasar dalam melakukan Hazard Identification. Standard DNV
RP-F107 sendiri telah memberikan beberapa contoh hazard yang mungkin dapat membahayakan jalur pipa bawah laut
tersebut. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.1 dibawah ini
No
|
Operation/activity
|
Hazard
|
Possible consequence to pipeline
|
1
|
Installation of pipeline
|
Dropped and dragged anchor/anchor chain from
pipe lay vessel
|
Impact damage
|
Vessel collision during laying leading to
dropped object, etc.
|
|||
Loss of tension, drop of pipe end, etc.
|
Damage to pipe/umbilical being laid or other
pipes/umbilical already installed
|
||
Damage during trenching, gravel dumping,
installation of protection cover, etc
|
Impact damage
|
||
Damage during crossing construction
|
|||
2
|
Installation of risers, modules, etc. (i.e.
heavy lifts)
|
Dropped objects
|
Impact damage
|
Dragged anchor chain
|
Pull-over and abrasion damage
|
||
3
|
Anchor handling (Rig and lay vessel
operations)
|
Dropped anchor, breakage of anchor chain, etc.
|
Impact damage
|
Dragged anchor
|
Hooking (and impact) damage
|
||
Dragged anchor chain
|
Pull-over and abrasion damage
|
||
4
|
Lifting activities (Rig or Platform
operations)
|
Drop of objects into the sea
|
Impact damage
|
5
|
Subsea operations (simultaneous operations)
|
ROV impact
|
Impact damage
|
Maneuvering failure during equipment
installation/removal
|
Impact damage
|
||
Pull-over and abrasion damage
|
|||
6
|
Trawling activities
|
Trawl board impact, pull over or hooking
|
Impact damage and pull-over damage
|
7
|
Tanker, supply vessel and commercial ship
traffic
|
Collision (either powered or drifting)
|
Impact damage
|
Emergency anchoring
|
Impact and/or hooking damage
|
||
Sunken ship (e.g. after collision with
platform or other ships)
|
Impact damage
|
1.2. Analisa Frekuensi
Seperti
yang telah dijelaskan pada Bab 1, risiko dapat terjadi jika terjadi kombinasi
pertemuan antara Probability of Failure dan Consequence of Failure. Hal yang
pertama akan kita bahas ini ada Probability of Failure atau dapat dikatakan
probabilitas (kemungkinan) terjadinya kegagalan pada offshore pipeline. Karena
dalam studi kasus ini batasan permasalah yang diberikan adalah risiko yang
terjadi pada offshore pipeline karena adanya aktivitas kapal yang lewat
disekitar jalur offshore, maka untuk mendapatkan PoF perlu diketahui terlebih
dahulu potensi frekuensi kegagalan yang terjadi pada studi kasus yang akan
dilakukan disini.
DNV
RP-F107 menyatakan, dalam menentukan frekuensi kejadian dapat dilakukan dengan
dua macam cara yaitu:
a.
Melakukan
perhitungan jika informasi data yang diperlukan tersedia
b.
Melakukan
estimasi berdasarkan engineering judgment serta pengalaman operator yang berada
di lapangan
Seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya, dalam menentukan frekuensi yang terjadi
karena adanya aktivitas kapal yang melewati jalur offshore pipeline, maka perlu
diketahui beberapa hal aktivitas kapal yang akan menjadi bahan pertimbangan
dari analisa frekuensi yang dilakukan disini. Beberapa aktivitas kapal tersebut
diantaranya Anchor Handling, Fishing, Ship Traffic.
1.2.1. Anchor Handling
Dalam
mendefinisikan kegiatan Anchor handling atau labuh jangkar, beberapa data yang
diperlukan yang berkaitan dengan kegiatan ini yaitu:
a.
Prosedur
dalam pelaksanaan labuh jangkar
b.
Estimasi
daerah yang diharapkan dalam menjatuhkan jangkar serta titik terakhir jangkar
dijatuhkan
c.
Jenis
jangkar yang digunakan (ukuran jangkar, rantai jangkar, dll)
d.
Kedalaman
penetrasi jangkar serta jarak drag yag terjadi hingga jangkar berhenti dan
mampu beban dari kapal untuk tidak bergerak lagi
1.2.2. Fishing
Aktivitas
yang dilakukan disini lebih diarahkan kepada aktivitas menjaring ikan, sehingga
beberapa informasi yang perlu didapatkan diantaranya:
a.
Aktivitas
menangkap ikan yang dilakukan disekitar jalur pipa (bottom trawling, pelagic
trawling, dll)
b.
Frekuensi
aktivitas adanya penangkapan ikan dengan menggunakan jaring ikan berdasarkan
kurun waktu yang diharapkan
c.
Macam-macam
jaring ikan yang digunakan
1.2.3. Ship Traffic
Data
lalu lintas kapal disini yang dibutuhkan adalah data kejadian kecelakaan kapal
yang terjadi di daerah offshore pipeline tersebut. Beberapa data yang
dibutuhkan yaitu:
a.
Jumlah
lewatnya kapal kargo di daerah offshore pipeline per-tahun
b.
Jumlah
supply boat yang menuju platform per-tahun
c.
Jumlah
supply boat yang melewati jalur offshore pipeline per-tahun
d.
Jumlah
kapal tanker yang menuju platform per-tahun
e.
Kepadatan
kapal ikan per-km2 , dll
Data-data
kalkulasi yang dihasilkan dari perhitungan diatas akan diberikan rangking berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan oleh DNV RP-F107 seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.2 dibawah
ini:
Tabel 1.2 Rank Frequency
Category
|
Description
|
Annual frequency
|
|
1
|
So low frequency that event considered
negligible
|
< 10-5
|
|
2
|
Event rarely expected to occur
|
10-4 >
10-5
|
|
3
|
Event individually not expected to happen, but
when summarised over a large number of pipelines have the credibility to
happen once a year.
|
10-3 >
10-4
|
|
4
|
Event individually may be expected to occur
during the lifetime of the pipeline. (Typically a 100 year storm)
|
10-2 >
10-3
|
|
5
|
Event individually may be expected to occur
more than once during lifetime
|
>10-2
|
|
1.3. Analisa Konsekuensi
Setelah
melakukan analisa frekuensi untuk mendapatkan besarnya PoF untuk diplotkan pada
matrix risiko, hal yang perlu dilakukan selanjutnya adalah menentukan
konsekuensi apa saja yang mungkin terjadi untuk mendapatkan besarnya CoF. DNV
RP-F107 dan DNV RP F-116 telah mengklasifikasikan potensial konsekuensi yang
terjadi pada offshore pipeline yaitu klasifikasi berdasarkan Safety, Economic
Loss, dan Environment Impacts.
1.3.1. Safety
Konsekuensi
yang harus diterima jika kegagalan terjadi pada offshore pipeline dengan klasifikasi
Safety, akan terbagi menjadi dua macam pembagian yaitu keselamatan asset (Asset
Safety) dan keselamatan manusia (Human Safety). Hal tersebut dapat ditunjukkan pada
Tabel 1.3 dibawah
ini:
Tabel 1.3 Safety Consequence Ranking
Severity
|
Asset Safety
|
Human Safety
|
|
E
|
Multiple fatalities
|
More than one fatality
(gas cloud ignition)
|
|
D
|
Single fatality or
permanent disability
|
(Not used)
|
|
C
|
Major injury, long
term absence
|
Serious injury, one
fatality (working accident)
|
|
B
|
Slightly injury, a few
lost work days
|
(Not used)
|
|
A
|
No or superficial
injuries
|
No person are injured
|
|
1.3.2. Environment Impacts
Pengaruh
terhadap lingkungan juga menjadi pertimbangan dalam melakukan analisa
konsekuensi pada offshore pipeline ini. Konsekuensi yang mempengaruhi
lingkungan biasanya ditunjukkan atau diklasifikasikan berdasarkan estimasi
waktu yang dibutuhkan untuk memperbaiki daerah yang tercemar jika pipa
mengalami kebocoran. Sehingga, pertimbangan penilaian yang diberikan
berdasarkan banyaknya fluida yang dikeluarkan dalam waktu satu tahun. Hal tersebut
dapat dilihat pada Tabel 1.4 dibawah
ini.
Tabel 1.4 Spillage Rankings
Category
|
Description
|
Amount of release
|
|
A
|
None, small or significant on the environment.
Either due to no release of internal medium or only insignificant release
|
~ 0
|
|
B
|
Minor release of polluting media. The released
media will decompose or be neutralized rapidly by air or seawater
|
< 1000 tones
|
|
C
|
Moderate release of polluting medium. The
released media will use some time to decompose or neutralize by air or
seawater, or can easily be removed
|
< 10000 tones
|
|
D
|
Large release of polluting medium which can be
removed, or will after some time decompose or be neutralized by air or
seawater
|
< 100000 tones
|
|
E
|
Large release of high polluting medium which cannot
be removed and will use long time to decompose or be neutralized by air or
seawater
|
> 100000 tones
|
|
1.3.3. Economic Loss
Konsekuensi
yang ditinjau dari segi ekonomi akibat kegagalan pada offshore pipeline,
diklasifikasikan menjadi dua hal utama sesuai standard DNV RP-F107 dan DNV
RP-F116 yaitu keterlambatan waktu produksi pada pipeline serta kerugian materi
dalam juta euro yang dihasilkan jika pipeline terjadi kegagalan. Hal tersebut
dapat dilihat pada Tabel 1.5
dibawah ini:
Tabel 1.5 Economic Consequence Ranking
Severity
|
Cost (million euro)
|
Production / delay time
|
|
E
|
>10
|
1-3 years
|
|
D
|
1-10
|
3-12 months
|
|
C
|
0.1-1
|
1-3 months
|
|
B
|
0.01-0.1
|
<1 months
|
|
A
|
<0.01
|
0 days
|
|
1.4. Risk Assessment
Seperti
yang telah dijelaskan pada Bab 1, penilaian risiko ini dapat ditentukan dengan
jalan mengkombinasikan Probability of
Failure dan Consequence of Failure.
Analisa perhitungan untuk frekuensi dan konsekuensi yang telah dijabarkan
penjelasannya diatas, akan menjadi dasar sebagai penilaian risiko dari offshore pipeline akibat aktivitas kapal
yang melewati jalur pipa tersebut. Kombinasi rangking yang diberikan oleh
frekuensi dan konsekuensi tersebut akan memberikan level risiko tersendiri pada
jalur pipa.
Level
risiko tersebut akan ditampilkan dalam matrik risiko untuk mengetahui tingkat
risiko yang terjadi saat ini. Tingkat risiko tersebut yang akan menentukan
apakah jalur pipa offshore masih dalam kondisi aman atau perlu dilakukan
langkah mitigasi untuk mengurangi tingkat risiko yang ada. Matrik risiko yang
diberikan sesuai dengan standard DNV RP-F116 tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.1 dibawah
ini.
Gambar 1.1 Risk Matrix DNV RP-F116
Sedangkan
untuk kategori dan deskripsi risiko yang diberikan pada risk matrix, dapat
dilihat pada Gambar 1.2
dibawah ini.
Gambar 1.2 Risk Description
Tidak ada komentar:
Posting Komentar